Pandemi virus corona (Covid-19) yang memaksa pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sejumlah perusahaan menerapkan kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan praktis bikin transaksi digital perbankan tumbuh pesat.
Transaksi layanan mobile banking dan internet bank meningkat tajam. Mobile banking BRI misalnya naik 28% di bulan Maret dibanding bulan sebelumnya. Secara total transaksi mobile dan internet banking-nya meningkat 61 % jadi 32 juta kali di bulan tersebut dibanding Januari dengan volume lebih dari Rp 20 triliun.
Bank Mandiri pun juga demikian. Rata-rata transaksi aplikasi mobile banking (Mandiri Online) meningkat menjadi 2 juta transaksi per hari di bulan Maret 2020. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, rata-rata hariannya baru 1,2 juta transaksi. Nilai transaksinya di bulan Maret Rp 3 triliun, dibanding 1,8 triliun Maret tahun lalu.
Namun, nasabah harus waspada. Kenaikan transaksi digital ini juga setali tiga uang dengan percobaan kejahatan cyber. Donsuwan Simatupang, Direktur Kelembagaan Bank Mandiri menyebut, percobaan pembobolan rekening nasabah lewat pengalihan kode one time password (OTP) naik pesat selama pandemi ini.
Jadi, kehati-hatian mesti ditingkatkan lagi. Jangan pernah memberikan password atau kode OTP transaksi di rekening bank anda. “Termasuk kepada petugas bank, tidak boleh diberi tahu” ujar Donsuwan.
Guna mencegah upaya-upaya jahat yang merugikan nasabah, bank saat semakin memperkuat sistem IT. Bank Mandiri telah memproteksi sistemnya. Dari sisi transaksi, seluruh retail channel bank mulai dari Mandiri Online, transaksi kartu kredit dan debit serta e-commerce telah memiliki tools monitoring yang dapat mendeteksi kejanggalan transaksi nasabah.
Sistem itu, kata Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, juga dapat melakukan menolak transaksi yang dianggap beresiko tinggi. Di samping itu, bank konsisten melakukan edukasi kepada nasabah. Guna memperkuat kehandalan sistem IT, Bank Mandiri sudah anggarkan dana sekitar Rp 2,3 triliun tahun ini.
Menurut Indra Utoyo, Direktur Direktur TI & Operasi BRI, percobaan social engineering dengan tujuan memperoleh kode OTP sudah ada sejak lama, terutama sejak semakin banyaknya aplikasi mobile dan internet banking bermunculan dan semakin menjamurnya situs e-commerce.
Maka kunci untuk mencegah pembobolan itu adalah pada kehati-hatian nasabah untuk tidak membagikan kode PIN atau OTP kepada siapapun. Jika semua nasabah teredukasi mengenai modus dan risikonya, percobaan ini tidak akan bisa tercapai tujuannya.
Jadi, fokus BRI di tengah kenaikan transaksi digital adalah mengedukasi nasabah. Di samping itu, peningkatan reliabilitas dan keamanan IT juga dilakukan. Capex-nya sudah disusun berdasarkan proyeksi jangka panjang dan menyeluruh
Sementara BTN berupaya memastikan aspek keamanan melalui security operationa center. Itu dipantau secara harian. Sama seperti BRI dan Bank Mandiri, bank ini juga fokus melakukan edukasi kepada nasabah.
Andi Nirwanto, Direktur Operation, IT & Digital Banking BTN menyebut anggaran IT yang disiapkan perseroan tahun ini sebesar Rp 500 miliar.
发表回复